Nenek kembali ke pelukan Ayah!


Cerita ini bermula di tahun 2008, kala aku yang baru saja akan menginjak pendidikan sekolah menengah pertama harus dipindahkan ke kampung halaman ku, Batipuh, Sumatera Barat. Ini membuat kehidupan ku menjadi lebih dekat denga nenek dan ayah – kakek ku -  begitulah keluarga besar kami memanggil nya. Bocah yang biasa nya bermain dengan teman teman terkadang harus ikut pergi ke Surau (mushala) dengan nenek ataupun ayah. Sejujurnya aku tinggal dengan ibu,kakak, dan adik ku, tapi jika berkunjung ke rumah nenek, aku dan kakak ku menjadi anak surau. Datang langsung solat tahyatul masjid, lalu solat rawatib, kemudian dilanjutkan solat fardu, diakhiri dengan membaca quran, tak ada PS2, yang saat itu sedang bocah-bocah gemari.
Satu waktu di hari ahad, nenek mengajak ku menemani nya berbelanja, sebelum pergi ayah berkata sembari tersenyum
            “mungkin anak bujang pengen sesuatu, kasih aja kalo dia minta nanti” ujar ayah
Nenek mengiyakan sembari mencium tangan ayah tanda akan pamit pergi. 
Hal yang paling di ingat dari ayah adalah, gigi nya yang bisa di lepas ketika sudah selesai makan, itu membuat ku tertawa sendiri kala ia melepaskan gigi nya sesudah makan bersama aku dan nenek, dengan alibi ada yang nyangkut.
Tak lama dari itu, ayah menghadap Tuhan Yang Maha Esa karna kecelakaan dan penyakit yang di deritanya. Keenam anak ayah berkumpul mencium kening nya untuk yang terakhir kali, belasan cucu nya menangis karna melihat ayah terbujur kaku dengan kain kafan menyelimutinya.
Satu waktu, ketika aku dan bapak berada dirumah nenek pernah bertanya perihak foto yang terpampang di dinding. Disitu kulihat seorang lelaki gagah mirip pasha ungu dengan badan bak arnold schwarzenegger berfoto dengan seorang wanita pendek mungil yang tidak terlalu cantik.
            “Pak, ini siapa” tanya ku polos
            “Oh ini ayah (kakek) dan nenek waktu muda” jawab bapak ku
            “Lho ayah ganteng gini, masa sama nenek yang pendek kecil gini pak”
Wajah bapak ku berubah masam, mungkin ingin marah. Tapi tertahan karna yang berkata ini anak nya.
            “Kamu tau gak, apa yang buat ayah milih nenek waktu muda dulu? Ini nenek yang cerita ke bapak”
“Apa pak”
“Nenek kamu pinter masak, sehabis makan pasti selalu kasih melon untuk ayah”
Sepulang nya ayah menghadap Tuhan YME, nenek berpindah pindah menetap pada anak anak nya, terkadang di kota padang, lalu pindah ke jakarta, kemudian di bogor, ataupun di tanggerang. Terserah nenek, asalkan ia bahagia, begitulah ucap semua anak anak nenek.

Nenek orang nya cerewet, sangat nyiyir terhadap hal simpel sama seperti bapak ku yang notabene adalah anak nya, seperti urusan sudah makan atau belum, harus sarapan dulu ketika pagi, dan bawa bekal jika perlu.
Usia semakin bertambah, kami para cucu-cucunya tumbuh dan berkembang menjadi dewasa, sedangkan nenek tumbuh tua menjadi renta. Nenek jadi kebanyakan sakit, entah apa yang ia pikirkan, kami tak tau, bahkan apapun kehendak nya selalu di turuti oleh anak-anak nya.
Tangis haru nenek pecah ketika melihat salah satu cucunya menyelesaikan pendidikan S2 nya dengan status mahasiswa beasiswa, keluarga besar sangat bangga pada kakak sepupu ku, termasuk ia.
Di penghujung tahun 2018, keluarga besar  memutuskan untuk merayakan pergantian tahun di salah satu vila di daerah puncak, bogor. Semua nya ikut, meskipun ada beberapa yang tidak dengan alasan sibuk bekerja. Ketika malam hari, entah sengaja atau tidak aku dan nenek terlibat obrolan, pendengaran nenek sudah kurang bagus, jadi berbicara dengan nya harus sedikit dengan nada tinggi. Aku mengobrol dengan nya, sesekali ku pijat kaki nya, ia bertanya kuliah atau kerja sekarang aku mengangguk keduanya. 




            “Bagus kalo begitu, namanya itu kita berdikari, selagi bisa sendiri lakukan, tapi jangan lupakan keluarga mu”
Aku kembali mengangguk seraya mengiyakan, ternyata jika berbincang seperti ini, nenek enak untuk di dengar.
Pesta pora sanak saudara menandakan pergantian tahun, beberapa ada terlelap tidur, tidak ikut melihat kembang api.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan di tahun 2019, kesehatan nenek semakin menurun, terkadang omongan nya juga semakin ngaur. Nenek sudah semakin sulit berjalan, katanya kaki kiri nya terasa sangat sakit. Setiap minggu nya dibawa ke dokter untuk medical check up ,dokter memvonis nenek terkena asam urat, maklum, penyakit orang tua katanya. Gula darah nenk stabil, makan nya pun teratur, minum obat nya pun juga, tapi entah kenapa bengkak pada kaki nya semakin parah.
Saking parah nya ketika nenek harus dilarikan ke rumah sakit hingga di obname. Hanya doa yang bisa dilakukan semua orang untuk membantu nenek bangkit lagi. Hampir 2 minggu nenek di rawat di rumah sakit, nenek di perbolehkan pulang, nenek bisa di rawat jalan.
Awal oktober lalu nenek pulang ke kampung halaman, tinggal dengan salah satu anak nya disana, mungkin dengan begitu psikis nenek akan lebih baik. Tapi entah kenapa, nenek kembali harus di rawat di rumah sakit.
Dan Jumat lalu ia berpulang ke pangkuan Allah SWT.

Ia kembali ke pelukan Tuhan dan kembali muda lagi lalu berkumpul dengan ayah di surga.

Tenang disana ayah, nenek, kami sayang kalian!

Komentar

Postingan Populer